Manado, PilarSulut.co - Focus Group Discussion (FGD) yang digagas Jurnalis Muslim Sulut yang mengangkat tema "Ke Mana Suara Muslim di 9/12", seperti membakar semangat elit dan tokoh Muslim Manado.
Ratusan yang hadir dari aktivis muslim Sulut (AMS) di antaranya Dirut Malut Post Tauhid Arief, Ketua Kahmi Minut Kalo Tahirun, Ketum PP GPII Masri Ikoni, Ketua PKS Sulut Syarifudin Saafa, anggota DPRD Manado dr Suyanto Yusuf, Wabend PG Sulut Iswadi Amali, aktivis PD Sulut Mursyid Laiya, presidium Kahmi Manado dr Zainal Ginsu, Joko Sutrisno, Sekum Pemuda Muslimin Sulut Fadly Kasim, Ketua Pemuda Muslimin Manado Hadi Prestasi, Pengurus BKPRMI Manado Hendra Suma, Comel Irwan Pakaya, Sek BM PAN Manado Gilang R Hiola, politisi PPP Irwan Bau, Bachrudin Manono, politisi sepuh PPP Hi Basman, Hi Sardino Lihawa, Bikers Subuhan, puluhan pengurus PKS Sulut dan banyak lagi; merasa dipompa semangat oleh panelis Wakil Ketua Komite 1 DPD RI Ir Djafar Alkatiri. Pakar neurosains Dr dr Taufik Pasiaak dan Dosen Psikologi Dr Musdalifah Dachrud, dan moderator Syafril Parasana.
Senator Djafar Alkatiri dengan tegas mengatakan kepada mereka yang hadir di aula DPD RI perwakilan Sulut pada Jumat (4/9/2020), di Pilkada 2020 ini umat jangan dikecewakan. Dan dirinya tetap istiqomah bersama umat
“Posisi umat sangat menentukan. Saya akan selalu bersama umat. Tidak akan membuat umat kecewa dan keliru memilih," tegas mantan anggota DPRD Sulut 2009.
Di Pilkada ini posisi umat sangat menentukan. Konteks apapun umat harus dihargai.
”Saya sadari saudara-saudara menanti ke mana pilihan saya. Di masjid. Di tempat diskusi. Di acara apa saja, saya selalu ditanya. Mau ke mana kita pak Djafar?” kata Djafar yang tampil elegan.
Orator ulung ini sangat faham posisinya. Mayoritas telunjuk umat Islam Manado mengarah kepadanya. Lantaran dia pemilih 52.000 suara di Pileg 2019 tanpa membayar.
“Saya sadar yang hadir di sini bukan satu satunya atas nama umat. Di masjid. Yang berjualan di pasar. Di majelis pengajian itu juga atas nama umat,” jelasnya.
Djafar mengaku terjadi kejutan pada Kamis malam. Di luar dugaan ada pasangan calon Muslim. SSK (Sonya S Kembuan) dan Syarifudin Saafa (SS), yang diusung partai gabungan dari Partai Golkar, PKS, dan Partai Hanura.
Meski demikian, Djafar tidak akan gegabah untuk mengakadkan pilihan dia dan 52.000 pendukung untuk empat paslon. Dia mengatakan ada dua hal yang harus diingat oleh umat.
”Ada dua hal penting. Rasa ingin bersatu dan pilihan yang rasional. Sekali lagi, kita harus pertimbangkan rasionalitas dan rasa. Kita harus melihat substansi paslon bukan sekadar simbol identitas paslon,” katanya.
Dia mengkritik oknum aktivis muslim yang bersuara sudah terlambat bicara umat. Tidak ada gunanya bicara umat. Djafar balas mengkritik mereka yang nyinyir. Bahwa silakan berkomentar nynyir.
“Saya mengatakan tidak ada kata terlambat. Saya akan tetap dengan umat. Silakan anda tidak mau berbicara umat,” tuturnya.
Senator sempat meyentil sebagian umat Muslim kecewa pasca PDI Perjuangan batal meminang ULAMAA (Ulyas Abid Machmud dan Ayub) di Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Manado 2020. Dia meminta umat harus bedah semua paslon. Jangan lagi setelah memilih tapi kecewa. “Ingin semua umat Islam dihargai,” katanya.
Suasana forum berlangsung hangat. Sesekali audiens meneriakkan kalimat yang membakar semangat. Forum yang diawali dengan doa oleh Ketua PKS Manado Abu Hasan Syafii. Dilanjutkan pengantar Saleh Nggiu yang mewakili jurnalis muslim.
”Acara ini kami gagas sejak empat pekan lalu. Karena gelisah dengan politik identitas yang kian deras. Kami pun tidak ada kepentingan mengarahkan untuk siapa,” kata Saleh.
Kalo Tahirun juga mendorong senator memimpin umat. “Kalau bukan sekarang kapan lagi. Kebetulan hanya satu pasangan,” katanya.
Herry Anwar mengimbau, pertarungan pilkada jangan ada rasa dendam kalau kalah. “Jangan sampai ada yang mengancam atau bahasa dendam kalau menang, akan menyusahkan yang kalah,” ingatnya.
Adapun an para jurnalis muslim yang hadir, Koordinator Jeffry Alibasayah, Sekretaris Mudatsir Suleman, Rahmadian Polontalo, Rosita Karim, Saleh Nggiu, Sahril Kadir, Subhan Sabu, Rivan Loho, Abdul Halim Harun, Indra Asiali, dan Angel. (qid)